Wednesday, June 2, 2010

dokter


Om saya marah-marah karna sakit pinggangnya g sembuh-sembuh. Dia udah kedokter tapi sakitnya belom sembuh juga. Imbasnya kena ke saya, dia bilang "ulah kitu dena mun jadi dokter teh, nya mahal deui!! Teu percaya amang mah ka dokter teh" (jangan gitu dena kalo jadi dokter, mana mahal lagi, g percaya om mah ke dokter)


Saya cuma ketawa aja, lah kesembuhan itukan datangnya dari Tuhan, bukan dari dokter. Ya bener si om gw ini, g percaya sama dokter, percaya mah sama Tuhan ya mang.. :D


Kadang kita suka salah mempercayakan kesembuhan ke dokter, dokter itu cuma pendamping. Kaya perkataan nabi waktu mengoreksi omongan seorang ahli pengobatan

"saya adalah Thabib, kata nabi :"Allah adalah al-Thabib, sedangkan kamu adalah rafiq (pendamping), thabib (yang sebenarnya) adalah Yang menciptakannya" (HR. Abu Dawud dan Abi Rimtsah)


Juga ada di QS al-Syu'ara' ayat 80 yang artinya

"dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku"


Tapi tetep kita ini harus menyerahkan segala urusan kepada ahlinya, toh ada anjuran untuk berobat ketika sakit kok. Nah disinilah dokter berperan sebagai ahli pengobatan, walau hasil akhirnya ya Tuhan yang menentukan.


Bukan berarti juga sang dokter ini jadi semena-mena ngasih obat dengan berpikir, ah dikasih apa aja kalo Tuhan bilang sembuh ya sembuh. Ga begitu, karna ada hadis yang mengatakan

“siapa saja yang memberikan pengobatan tetapi tidak mengetahui tentang obat patut dicela dan dia harus bertanggung jawab (atas tindakannya itu)”.(HR.Abu Dawud)


Masalah penyebab mahalnya biaya pengobatan juga bukan tanggung jawab dokter si. Rata-rata mahalnya biaya pengobatan itu karna harga obat atau pemeriksaan lab.


Masalah harga obat, sepenuhnya bukan dokter yang menetukan.

Menurut buku yang saya baca, pabrik obat yang memproduksi obat itu masuk ke dalam saham yang diperjualbelikan dan jadi favorit karna untungnya lumayan. Malah katanya termasuk industri ke-4 yang paling menguntungkan. Kalo dilihat dari sini keliatan murni bisniskan, sama aja kaya industri lain kaya elektronik yang mengharapkan untung yang besar.


Dan dokterlah yang jadi perantara pasien dengan pabrik obat ini. Dan yang paling sering disalahin juga kalo mahal. Padahal dokter cuma tau harga akhir yang udah ditentuin oleh pabriknya.

Jadi kalo mahal tetep salah dokter?


Wajar sih obat mahal, untuk bikin obatkan butuh penelitian yang biayanya g sedikit. Belum biaya pemasaran, belum kalo bahan bakunya impor yang di pengaruhin kurs mata uang. Pabrik obat harus lewat Pedagang Besar Farmasi (PBF) baru masuk ke apotek, PBF dan apotek ini butuh untung juga bukan. Panjang ya..


Salah satu penyebab obat mahal juga karna monopoli obat-obat yang baru ditemukan juga sih. Di Amerika misalnya untuk menstimulasi penemuan obat-obat baru, hak patennya dipakai secara monopoli untuk jangka waktu tertentu (biasanya 17 tahun). Nah, obat original ini mahal karna masih import dan juga untuk nutupin biaya penelitiannya. Kalo masa monopoli udah abis, baru deh perusahaan lain boleh buat tiruannya dan harganya bisa lebih murah


Jadi biaya pengobatan yang mahal itu, bukan dokter yang mau. Bukan dokter yang nentuin..

(jangan salahin dokter lagi ya mang kalo obatnya mahal dan sakitnya g sembuh-sembuh, hehe..)


Gimanapun mencegah lebih baik daripada mengobati, kenapa? Mungkin salah satunya karena biayanya lebih murah..


Sumber bacaan:

  • buku pandangan islam terhadap masalah kedokteran dan kesehatan - Dr.H.Zuhroni, MA
  • buku The Doctor catatan hati seorang dokter-Triharnoto

No comments:

Post a Comment